Kamis, 28 Maret 2013

WONDERFUL {FANFICTION} [Part 1]


Posted by Eno

Title : Wonderful
Author: Nagano
Length : Continue, Series
Genre : Romance
Rating : *apa ajadeh yang jelas bukan NC ._.*
Main cast : Han Hyori (as you), Kwon Jiyong (BIGBANG)
Support cast : Chaerin Lee (2ne1), Gong Minzy (2ne1), Seungri (BIGBANG)


Hyori’s POV

 Kenapa dia berada diatasku? Apa yang sedang dia lakukan?

“YA! KWON JIYONG!” aku mendorong tubuhnya agar menjauh dariku.

Bug!

“Aaaaaaaa!” dia mengusap-usap kepalanya yang terkena langit-langit mobil.

“YA! IGE MWOYA? Jangan pikir aku sama seperti wanita murahan yang setiap kali kau ajak kencan itu.

Sebaiknya aku pulang sendiri.” aku segera mengambil tas yang ada dipangkuannya dan segera keluar dari mobilnya. Kulihat Jiyong masih memegangi kepalanya tetapi tidak mengurungkan untuk tetap berlari mengejarku.

“Hyori-ah. Kau salah paham aku.. aku.. tidak..”

“Hyori-ah kenapa kau disini? Ini sudah jam 7 malam?” aku menghentikan langkahku dan menoleh ketika mendengar suara Chaerin yang ada diujung jalan sedang menaiki sepedanya.

“Chaerin-ah.” Aku berlari kearahnya, “Bisakah kau antar aku pulang? Jebal!” aku mengisyaratkan Chaerin kearah Jiyong.

Chaerin terlihat bingung. Ia melihat Jiyong dan aku bergantian. Dan menacapkan pedal sepedanya ketika aku  memukul-mukul bahunya.

“Aissh APPO! Iya iya aku akan  mengantarmu.”

Akhirnya kejadian  salah pahamku dengan Jiyong malam itu berakhir ketika aku meminta Chaerin mengantarku. Jelas saja, mana berani Jiyong menghampiriku disaat aku sedang bersama Chaerin. Seantero sekolah tuh tau  Chaerin dan Minzy sahabatku sejak aku lahir itu adalah seorang wanita perkasa yang paling galak sejagat raya. Di sekolah Minzy mengikuti club karate, taekwondo, sampai silat dan Chaerin mengikuti club pecinta alam yang setiap bulan harus naik kegunung untuk operasi bersih disana. Kedua orang inilah yang kusebut eomma ke 2 dan ke 3 ku. Hahaha.

Gong Minzy. Dia eomma ke 2 ku. Dia paling cerewet diantara temen-temen ku yang lain tapi di sisi lain dia yang selalu melindungiku ketika aku terjatuh. Dia yang mengetahui lebih dulu jika aku ingin menangis dan membawaku ke suatu tempat yang tidak akan ada orang yang akan melihatku menangis. Saat aku dibulli oleh teman sekelas hanya karena aku duduk sebangku dengan pangeran sekolah Kwon Jiyong itu. Huek! Dia yang membelaku didepan teman-teman sekelas.

Lee Chaerin. Dialah pengontrol kelakuanku. Kalau bukan karena dia yang menyadarkanku kalau aku tidak boleh sombong terhadap semua kelebihanku mungkin aku sudah dibenci semua orang. Dia yang akan memarahiku jika aku berkelakuan salah terhadap dia atau yang lainnya. Dia yang dengan tampang super juteknya dan juga kritikan membangunnya yang menjadikan aku peringkat satu dikelas. Ia pun sama, dikelasnya ia juga peringkat satu dan di percayai menjadi ketua kelas disana.

Kedua sahabatku ini sangat terkenal di kalangan guru BP. Karena ulahnya yang membuat keduanya dimasukkan kedalam tim disiplin pelajar (TDP). Mereka jugalah yang berkelahi dengan Jiyoung dan melaporkan Jiyong yang sedang bercumbu bersama mantan pacarnya di lorong sekolah. Tetapi kejadian tersebut bisa ditolerir dan Jiyong hanya diberi teguran. Karena, dari sudut pandang guru BP Ia tidak bersalah, mungkin di Amerika sana kejadian seperti itu sudah biasa terjadi dan Jiyong belum sepenuhnya mengenal kebudayaan di sini. Sesudah pelaporan tersebut Jiyong menantang Chaerin dan Minzy diluar sekolah tetapi nyatanya Ia mengajak teman-teman brengseknya juga yaitu  Seungri, Taeyang, Seunghyun, dan Daesung. Tetapi mereka semua kabur setelah babak belur dihajar si pengguna sabuk hitam karate dan takwondo  serta si wanita perkasa yang hobinya panjat tebing di gunung. Saat itu aku sedang menumpang sepedanya Chaerin saat pulang sekolah, jadi mau tidak mau aku juga ikut dalam perkelahian itu. Tapi bedanya, aku hanya diam menonton mereka semua dan disitulah aku mulai melirik teman Jiyong yang menurutku sangat charming dari mereka semua.

Namanya Seungri, walaupun di sekolah Ia juga terkenal karena ketampananya dan ke-sok kerenannya (menurut Chaerin dan Minzy) tetapi Ia tidak sama dengan Jiyong dan teman-teman lainnya yang playboy. Aku dengar dia belum pernah pacaran lagi setelah putus dari pacarnya yang Ia sebut cinta monyetnya. Padahal banyak sekali cewek-cewek cantik yang mengantri menjadi pacarnya.
“Hoammmmm!” aku terbangun. Ternyata sudah pagi. Aku terhenyak melihat Chaerin yang berada disampingku sedang tertidur pulas. Aku baru ingat tentang semalam. Chaerin mengantarku pulang dan aku menyuruhnya untuk mampir sebentar karena aku berniat menceritakan Seungri padanya. Tetapi saat Ia ingin pamit pulang jam kuning di kamarku menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Jadi eomma menyarankan Chaerin untuk menginap berhubung besok adalah akhir pekan.

“irona! Chaerin-ya ironaseoyo!” kataku malas karena masih mengantuk.

“Sirheo! Aku masih ingin tidur. Habis kau semalam mengambil waktu tidurku untuk bercerita cowok sok keren itu.”

“oke, aku mandi duluan ya?”


“Hyori-ah apakah Dong Wook oppa sudah bangun?” tanyanya saat aku sedang mengambil handukku di gantungan baju belakang pintu.

Dong Wook adalah kakak laki-lakiku. Begitulah, setiap teman-teman yang datang ke rumahku pasti terpesona padanya. Begitu juga dengan Chaerin, setiap kali ia kesini yang Ia tanyakan hanya kakakku itu. Tapi dengan sikap gengsinya dia tidak pernah mau ku ajak mengobrol dengan Dongwook oppa. Ku akui kakakku memang lumayan cakep sih tapi belum tau saja mereka yang terpesona padanya melihat perlakuannya padaku. Aisshh dia itu monster di rumah ini.

“Dong wook oppa sedang tidak ada dirumah.” Jawabku malas.

“lalu dia ada dimana sekarang?” tanyanya penasaran sampai-sampai memindahkan posisi tidurnya ke tepi ranjang.

“mola~ ngapain aku harus memikirkan monster gila itu.”

“YA! Hyori-ah kau harus lebih akur dengannya. Bagaimanapun kau dan dia kan saudara.”

“Ah seleramu payah. Kau kan anak climbing kenapa harus suka pada cowo tak berperasaan seperti itu sih?”

“Jinja? Aku heran kenapa kau selalu memanggilnya monster. Padahal menurutku wajah oppa-mu itu sangat alim.”

Aku tidak mengindahkan kata-kata Chaerin yang terakhir karena aku sudah berniat menyalakan lagu BIGBANG di handphone dan membawanya menuju kamar mandi. Itulah kebiasaanku mendengarkan musik saat aku mandi dan bernyanyi-nyanyi tidak jelas didalam.

WOW FANTASTIC BABY~
DANCE.. WO OW OW OW
I WANNA DANCE.. DANCE.. DANCE.. DANCE..
DANCE.. WO OW OW OW
I WANNA DANCE.. DANCE.. DANCE.. DANCE..
BOOM SHAKALAKA HEY
BOOM SHAKALAKA…………

“YA! Bisakah kau hentikan suara jelekmu itu. Untung saja aku tidak setiap hari berada di kamarmu ini.”

“suaraku memang jelek terimakasih sudah mengingatkannya. Wee!” aku memeletkan lidahku dari dalam kamar mandi.

“Aisshh! anak ini” kulihat Chaerin hanya menutup kepalanya dengan bantal.


Jiyong POV

Aku memakai kaos putih polos dan celana levis beggi  hitam dengan acssesoris topi biru yang kukesampingkan dan pin apel disisi samping topi itu. Hari ini aku berniat untuk kerumah Hyori dan menjelaskan tentang kejadian semalam. Masalah alamat rumahnya, aku sengaja mengikuti mereka kemarin malam.


“ahh.. aku harus menjelaskannya sekarang. Kalau aku tunda pasti dia sudah berpikiran macam-macam tentangku. Terlebih lagi ada Chaerin kemarin. Dia kan sangat benci padaku karena sudah menantangnya waktu itu.”

Aku mengambil kunci mobilku diatas buffet disamping tempat tidur dan pamit dengan orang tua angkatku.
Di perjalanan..

Apa aku harus membelikan sesuatu untuknya ya? Tapi apa? Dia tidak suka coklat, karena bisa membuatnya gendut. Dia juga tidak suka bunga. Aku ingat saat memberi Ahn So hee bunga dan dia berkata, “kalian berdua tuh lebay banget sih. Geli tau ngeliatnya.”

“Haahhhhh!” aku menarik napas panjang, “lebih baik aku mengajaknya jalan-jalan saja untuk menebus kesalah pahaman itu.” Setelah menemukan apa yang akan aku lakukan nanti, aku melajukan mobilku lebih cepat.

Ting! Tong!

Pintu terbuka dan aku kaget saat melihat siapa yang membukakan pintu.

“NEO?” teriak Jiyoung dan Chaerin bersamaan.

Akhirnya aku dipersilakan masuk setelah beradu mulut dulu dengan Chaerin. Untung saja eomma Hyori langsung melerai kami berdua. Aku berjalan jalan di ruang tamu dan iseng melihat lihat foto keluarga Hyori dan aku tertegun dengan foto Hyori, Minzy, dan Chaerin disana. Melihat senyum bahagia Hyori disana membuatku sadar betapa besarnya arti Minzy dan Chaerin untuk hidupnya. Ahh.. berarti akan sangat besar pengaruh Minzy dan Chaerin untuk memilih namjachingu untuk Hyori. Dan aku…

“tenang Jiyoung. Sudah 8 bulan kau menahannya. Tidakkah kau semangat? Hwaiting Jiyong. Himdero!” batinku berusaha menyemangati diriku sendiri.

“jigeum mwohaneun geoya? Mengapa kau bisa berada disini? Ada apa?”

Aku menoleh ketika mendengar suara Hyori yang sudah duduk di ruang tamu. Aku pun duduk di depannya.

“Emm Aku ingin menjelaskan tentang semalam. Jika kau mau, kita bicarakan ini di luar. Kau ada waktu?”


Hyori’s POV

“jigeum mwohaneun geoya? Mengapa kau bisa berada disini? Ada apa?”

Aku duduk di sofa ruang tamu. Kulihat Ia sedang memandangi fotoku, Chaerin, dan Minzy.

 “Emm Aku ingin menjelaskan tentang semalam. Jika kau mau, kita bicarakan ini di luar. Kau ada waktu?” Jiyong duduk di depanku.

Ingat kata Chaerin tadi Hyori. Bersikaplah sedikit jahat pada perasaanmu, setidaknya itu akan membuatnya tidak menggangguku lagi.

“A…a..aku..aku..ada acara dengan Chaerin.” Jawabku sedikit bingung.

“apa kau tidak ingin mendengarkan penjelasanku? Bahkan aku tidak tau apa yang kau pikirkan tentangku sekarang? Aku hanya ingin menjelaskannya Hyori, agar kau menyadari apa yang kau pikirkan selama ini tetangku itu salah. Jebal!”

Sebenarnya tidak tega juga melihat dia yang seperti ini. Lagipula dia kan chairmate-ku. Jika diantara kami ada masalah pasti akan mempengaruhi kegiatan belajarku saat masuk sekolah nanti. Ku pikir masalah ini harus di selesaikan secepatnya.

“Baiklah. Aku akan bilang pada Chaerin dulu karena telah membatalkan acara kami sekarang.”

“oke. Aku senang kau bertindak sesuai perasaanmu, bukan karena teman-temanmu.”

Bicara apa dia? Aku segera melangkah menuju kamarku dan menemui Chaerin. Ia sedang mengeringkan rambut pendeknya dengan hair drayer ku.

“Chaerin, aku harus pergi sekarang.”

“Hah? Eo.. eodie? Eodiegaseoyo?” tanyanya gagap sekaligus kaget karena aku menerima ajakan Jiyong.

“Mollaseo. Aku pikir masalah ini harus cepat kuselesaikan.”

“baiklah. Aku tidak bisa melarangmu. Ini kan urusanmu harus kau yang menyelesaikannya.”

“Ya Chaerin-ah. Tapi bukan berarti aku tidak membutuhkanmu lagi.”

“Ye, siapa juga yang akan menolongmu terus ketika kau membutuhkanku. Kau sudah dewasa Hyori. Aku pun sudah cape untuk mengkritik kelakuan jelekmu terus.”

“aissh! Neo hwaga?”

“ANYA! Kanyang kah! Karagoo!”

“ aigeseo! Annyeong!”

“Ne..” jawab Chaerin singkat sambil meneruskan kegitannya lagi.


Jiyong POV

Aku menoleh kearahnya. Kulihat Ia hanya melihat ke jendala mobil sambil sesekali membetulkan posisinya. Hari ini Ia memakai kemeja putih tipis kebesaran dengan tangtop biru tua didalamnya dan celana pendek hitam serta sepatu kets warna biru/kuning. Sepertinya pakaian kita hari ini sangat serasi. Beberapa menit kedaan dalam diam. Aku ingin memulai pembicaraan agar keadaan tidak sekaku sekarang. Tetapi ternyata Ia yang memulai pembicaraannya duluan.

“young-ah, kau kenal seung ri bukan?”

“AAaa, anak itu. Gereumyo! Wae?”

“aniya.”

Aku melihatnya penuh tanda Tanya. Ada apa dengan Seungri ? kenapa Hyori menanyakannnya? Ah sudahlah aku tidak mau mambahas si baby panda itu.

“emm Hyo ri”

Hyori menoleh. Aku melihatnya sekilas.

“kau tau kan kedua sahabatmu itu benci padaku.”

“Ho.oh” jawabnya singkat.

“lalu kau sendiri apa membenciku?”

Kulihat Ia diam begitu lama dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, “YA! Kenapa kau jadi diam?”

“YA! Kenapa kau membentakku. Aku sendiri bingung denganmu. Kadang kau terlihat sangat menyebalkan dengan kata-kata kasarmu itu. Tapi, tindakanmu selama ini sangat baik padaku. Aku tidak tau harus membencimu atau tidak.”

Ah gadis ini ternyata sangat peka. Ya dia memang benar, tidak tahu kenapa kata-kata manis itu tidak bisa ku lontarkan untuknya. Tetapi mungkin tindakan-tindakan yang selama ini kulakukan selalu sejalan dengan apa yang aku rasakan.

“Mian. Untuk yang semalam apa aku bisa menjelaskannya sekarang?”

“tentu saja. Memangnya untuk apa aku menerima ajakanmu ini?”

“haha.. iya juga.. waktu semalam kau tertidur di mobilku, kupikir kau sangat kecapean jadi sengaja aku tidak bangunkan. Tetapi, aku lupa menanyakan alamatmu. Tidak mungkin kan aku membawamu kerumahku dan tidur dikamarku?” jelasku dengan muka nakal.

“YA KAU INGIN MATI?” teriaknya. Aku hanya tertawa ringan melihat expresinya yang seperti kucing saat ikannya direbut.

“maka dari itu aku mencari handphone-mu. Tapi aku cari ditasmu tidak ada. Lalu aku melihat gantungan pinkmu itu didalam kantong seragammu. Aku berniat mengambilnya tanpa membangunkanmu. Tapi kau malah terbangun duluan ketika posisi kita berdua dalam keadaan yang tidak enak.”

“kenapa kau bisa berpikiran untuk mengambil handphoneku? Memang di handphoneku ada apa sampai kau berani mengambilnya? Didaerah privasyku lagi.”

“ya ampun Hyori. handphone-mu itu cara satu-satunya untukku. Aku bisa menggunakannya untuk menelpon orang rumahmu dan menanyakan alamatmu.” Jawabku sambil terus serius menatap jalan yang kini sedikit macet. Mungkin karena sekarang akhir pekan.

“masuk akal sih. Tapi tetap saja kau keterlaluan sudah membuka-buka barang pribadiku. Apa kau tidak berpikiran untuk minta maaf?” kulihat Hyori cemberut. Ahk kyeopta!

“tidak. Aku sama sekali tidak berpikir untuk meminta maaf padamu.” Jawabku datar.

Wajah Hyori semakin ditekuk dengan mata yang memancarkan kekesalan.

“Hehehe. Aigoo, kau tau jangan memasang tampang seperti itu, kau jadi terlihat seperti curut yang kelaparan. Hahaha!” aku tergelak bebas.

Aduh! Ada apa denganmu Kwon Jiyong. Sudah jelas-jelas Ia terlihat imut. Tetapi mengapa kau bilang seperti curut kelaparan. Hahaha. Ahh, semakin meningkat saja frekuensi kekesalannya padaku.

“YA! NEO JUGGO SIPEO! Aku akan pastikan kau tidak akan selamat  sekarang Kwon Jiyong-ssi!” kulihat ia sedang berusaha membuka sepatu kuning blinknya.

“ Ya ya ya Hyori-ah..hahaha  just kidding girl. Jika kau membunuhku sekarang, apa kau mau fans-fans ku di sekolah menyerangmu lagi.”

“tersserah merekalah. Yang penting sekarang aku sudah  puas membunuhmu.” Katanya masih berkutat dengan tali sepatunya.

“Ya hyori-ah.. ne. ne. ara! Araseo! Mi.. mian.. mianhae. Mianharagoo! Hajimaah!” untung saja sekarang jalanan sedang dalam keadaan macet. Jadi aku bisa bersiap-siap melindungi diriku dengan menutup tanganku didepan wajahku.

“YAAAA!”

Hyori melemparkan sepatunya mengenai bahuku. Bukan hanya itu saja Ia lalu mengambil sepatunya lagi dan memukul-mukulkannya di badanku. Aku mulai bisa memegang tangannya. Tetapi Hyori tidak bisa di atur hanya dengan memegang tangannya. Aku mulai meronta dan berusaha keluar dari pukulannya tetapi tidak sengaja karena terlalu kuat tenagaku aku  terdorong kearah depan dan menyebabkan Ia jatuh dan kepalanya terbentur kaca mobil dan posisi kami sekarang juga sangat tidak enak dilihat lagi dengan aku yang memegangi tangannya yang sedang memegang sepatunya dan tangan satunya menahan agar aku tidak menibani badannya. Wajah kami begitu dekat sekarang dan bisa kulihat rona merah yang ada di pipinya.

Tapi tiba-tiba….

TIIIN! TIIIIIIIINNN!

DAG!

Hyori menghentakan kepalanya ke kepalaku karena aku yang belum sadar juga dengan suara berisik klakson mobil di belakang kami.

“Auww. Iya-iya sabar sebentar kek. Lagi bagus juga posisinya.”

“YA!!!!!!!!!!!!!!” Hyori bersiap melemparkan sepatunya lagi tetapi ditahan dengan tangan kiri Jiyoung.

“Ya ya ya! Kkkkk~ aigoo Karena bersahabat dengan kedua temanmu yang galak-galak itu ternyata kau juga mendapat effectnya ya.. hehehe”

Aku diam dan Hyori pun ikut diam. Ia memakai sepatunya lagi sekarang. Aku berusaha mencairkan suasana tetapi ku urungkan takut aku salah bicara lagi nantinya. Sesampainya di Café Kona Beans, Hyo ri pun turun dari mobil dan aku mengikutinya sambil memakai topi biruku.

Hyori memilih tempat di luar yang berhadapan langsung dengan jalanan. Aku hanya mengikutinya dan duduk.

“Kau ingin apa?” tanyaku.

“ingin minum, ingin makan, lalu pulang.” Jawab sekenanya. Sepertinya Ia masih kesal dengan kejadian tadi.

“Aisshh. ya sudah apapun yang ku pesan kau harus memakannya. Capuchinno caramel 2 dan saladnya satu.” Pesanku kepada seorang yang berdiri disampingku sejak kami datang itu.

“kau tidak memesan makananmu?”

“aku tidak berselera.”

“aku juga tidak berselera. Kenapa kau malah memesan salad?”

“tadi kau bilang ingin minum, ingin makan lalu pulang. Yasudah aku pesankan salad, aku tau kau masih dalam masa dietmu itu kan?”

“Sok tau! Katamu aku tidak boleh diet lagi. Tapi kau menyuruhku diet. Dasar labil. Yasudah karena aku tidak berselera, kau yang makan saladnya.” Pinta Hyori seakan sudah tau letak kelemahanku dimana.

“YA! Kau sedang mempermainkanku ya? Kau sudah tau kan, aku sangat benci sayuran.”

“Aissh.. Young-ah sayuran itu bagus untuk tubuhmu. Kkkkk~” Ia terkekeh.

Akhirnya Hyori tersenyum juga. Dia sudah tidak marah rupanya. Cepat sekali Ia melupakannya kejadian tadi. Apakah sekarang aku bisa mengajaknya kencan?


Hyori’s POV

Aku dan Jiyong sedang berada di café Kona Beans sekarang. Dari keluar mobil hingga memilih tempat di luar yang berhadapan dengan jalanan aku diam seolah marah dengannya. Tetapi itu memang benar aku sudah sedikit bosan. Pesanan pun datang. Aku hanya diam melirik kearah Jiyong. Dan senyum licik pun terpancar diwajahku.

“Hyori-ah, kau sudah memaafkanku bukan atas kejadian kemarin malam dan kejadian tadi?” tanyanya sambil menyesap minumannya.

“Siapa bilang?”

“buktinya tadi kau tertawa?”

“emm kalau aku tidak memaafakanmu karena hal sepele seperti itu sih aku keterlaluan namanya. Tapi aku masih sangaaaaaaaaaaat kesal padamu!” aku menekankan kata sangat kesal sambil mencabik-cabik saladku dengan garpu.

“ternyata kau…”

“A!” pintaku memotong pembicaraannya dan menyodorkan garpu yang sudah ada salad disana.

“Mw…mwo?”

“Say A Mr. Kwon! Kau harus makan ini. Aku janji jika kau memakannya aku akan melupakaaaaan semua kejadian itu. Arra? Say AAAAAAA!”

“maksudmu aku harus memakan ini?” Tanya Jiyoung ngeri dan aku hanya mengangguk.

“Oke! Jika itu maumu.” katanya dengan raut wajah serius.

Ia menggenggam tangan kananku yang memegang garpu. Sontak aku kaget berusaha melepas tangannya tetapi Jiyong malah memegangi tangan kiriku yang bebas disebelahnya. Aku membelalakan mataku ketika Ia benar-benar menyuapkan salad itu kemulutnya dengan masih memegangi kedua tanganku. Salad itu sudah berada dimulutnya sekarang. Dia melepaskan tangannku yang memegangi garpu tetapi masih mengenggenggam erat tanganku yang lain, malah genggamannya semakin kencang sekarang. Dia menutup mulutnya dan……

“Kwon Jiyong… gwaenchana?” tanyaku ragu. Aku harus sedikit menundukan kepala untuk melihat wajahnya yang sekarang mulai memucat dan terus menunduk. Seiring demikian, tanganku mulai sakit karena genggamannya.

“Yong-ah.. muntahkan saja jika kau tidak suka!”
Setelah aku berkata seperti itu, Jiyong pun langsung pergi entah kemana meninggalkanku di meja dengan wajah bingung bercampur panic. Ahh babo! Aku kan tau dia tidak bisa makan sayuran. Kenapa aku harus memaksanya? 15 menit kemudian Jiyong pun datang.

“gwaenchanaseoyo?” tanyaku buru-buru dan langsung berdiri.

“kau sudah mempermainkanku Hyori, jadi kau harus kuhukum.” Kata Jiyong sambil menarik tanganku menaiki mobil.


Author’s POV

“Jangan mengintip!”

“Aku tidak mengintip!”

“Kau mengintip!”

“Ya! Sebenarnya siapa yang merasa mengintip atau tidak?”

Hari sudah menjelang malam (loh kenapa tiba-tiba jadi malam?) dan saat ini Hyori masih menutup matanya. Sebenarnya Hyori sudah sangat teramat sangat sangat sangat bosan karena dari café Kona Beans tadi Jiyong hanya mengajaknya berkeliling kota tanpa tujuan. Tapi, karena cowok itu mengatakan akan membawanya ke tempat yang luar biasa bagus jika dilihat pada malam hari ini, akhirnya ia setuju saja diajak keliling-keliling tanpa tujuan yang jelas ini.

“Jadi? Apa kita sudah sampai di tempat-yang-luar-biasa-bagu-jika-dilihat-pada-malam-hari  yang kau sebut-sebut tadi?”

“Kita sudah sampai. Jika aku sudah beri perintah, kau baru boleh membuka matamu”

Hyori mengangguk dan tiba-tiba merasa getaran aneh saat pria itu menutup matanya dengan tangan kanannya yang bebas dari  stir mobil.. Sampai akhirnya mereka tiba dan Jiyong membawa Hyori turun dari mobil.

“Nah! Kau boleh membuka matamu”

Hyori tersenyum sesaat sebelum membuka matanya. Kedua mata bulat itu kini sudah terbuka. Namun, senyumnya memudar ketika melihat  Namsan Tower yang ada didepannya.



“Kalau ini sih, aku sudah sering lihat” Ujar Hyori sembari memasang wajah kesal.

Jiyong terdiam, memutar otak, “Kau tidak tau kan kalau di menara ini ada pagar yang khusus dibuat untuk memasang gembok cinta?”

“Aku lebih dulu tau darimu”

“Oh~ ” Jiyong ber-oh ria.

“Wae? kau ingin mengajakku kesitu? Maaf Kwon Jiyong tempat itu hanya untuk pasangan. Ingat
PA-SA-NGAN. Dan kita….”

“Siapa yang ingin mengajakmu kesitu?  Ini adalah jalan menuju ketempat-yang-luar-biasa-bagus-jika-dilihat-pada-malam-hari  yang ku sebut-sebut tadi itu. ” jawab Jiyong santai sambil berjalan santai meninggalkan Hyori yang diam ditempatnya.


Hyori POV

haaaaah! Apa yang aku katakan barusan? Pabo! Hyori Pabo. Aku merutuk dalam hati sambil memukul-mukul kepalaku pelan. Aku tidak perduli sekarang Jiyong pergi kemana. Seakan-akan sekarang aku ingin menyembunyuikan wajahku darinya. Bagaimana tidak? Kata-kataku tadi seperti ingin menuntut hubungan lebih darinya.

“Hey! Wae? Kajja!” ajak Jiyong yang tiba-tiba ada didepanku dan menarik pergelangan tanganku.

“Ah..n..ne.” jawabku gugup bercampur malu.

Akhirnya, kami tiba disebuat bukit kecil yang tertutup oleh pagar persis disebelah Namsan Tower. Jalan masuk menuju bukit ini memang sedikit menyeramkan. Tapi ketika kami masuk, kunang-kunang yang sangat cantik langsung menerangi jalan kami.

“Wahhh! Aii Yeppeo!” teriakku kagum sambil mencoba menangkap salah satu dari kunang-kunang itu.

“seperti baru pertama kali melihat kunang-kunang saja.” katanya datar.

“memang baru pertama kali.” Jawabku sambil terus mengejar para kunang-kunang.
Srrek! BUG!

“ahhh.. appo!” rintihku. Kenapa kejadian sial selalu menimpaku sih.

Ishhhh kenapa dia tidak menghampiriku? Aku membersihkan pakaianku yang kotor oleh daun kering. Dan saat aku mendongakan kepala, aku baru sadar kalau Jiyong sudah menghilang.



_TBC_ 

A/N : Eotte?? silakan tinggalkan comment yaaaaa...... naga butuh banget comment kalian ^^






0 komentar:

Posting Komentar