Posted by Nagano
Title : Wonderful
Author : Nagano
Length : Continue, Series
Genre : Romance
Rating : PG 15
Main cast : Han
Hyo Ri, Kwon Jiyong (BIGBANG)
Support
cast : Chaerin Lee (2ne1), Gong Minzy (2ne1), Seungri (BIGBANG)
Hyori’s
POV
Hari ini Chaerin dan Minzy mendatangi kelasku dan menanyaiku
layaknya seorang wartawan. Aku hanya bisa mendengarkan celotehan mereka dan
mengangguk-anggukan kepalaku tanda mengerti. Apa yang mereka tanyakan itu sudah
terpikirkan olehku. Yah.. Seperti pertanyaan yang eomma-mu tanyakan ketika kau
sedang pulang malam.
“YA! Kami sudah menunggumu tapi kenapa kau kemarin pulang
duluan? Yasudah, kami batalkan untuk kerumahmu. Kau kemarin kemana Hyori?”
Aku memeluk kedua sahabat yang sangat aku sayangi itu. Minzy
menerima pelukanku dengan hangat. Tapi tidak dengan Chaerin. Ah.. Eommaku yang
satu itu memang sensitive sekali. Hahaha.
“Mianhae,” kataku setelah melepaskan pelukanku.
“Hanya mianhae? Kau membatalkan janji kita, dan kau hanya
bilang mianhae. Sudahlah Minzy kita pergi saja.
Percuma kita perduli dengan
orang yang sama sekali tidak perduli dengan kita,” sahut Chaerin dingin.
Aku menarik tangannya mencoba menahan mereka untuk pergi.
Apakah aku harus menceritakannya sekarang?
Dengan Chaerin? Ahhhhh… Eommaaaaa
eoteokhae?
“Chaerin-ah.. Ada sesuatu yang terjadi kemarin. Aku tidak
bisa menceritakannya sekarang. Aku..
Aku… Hanya bisa minta maaf dulu sementara ini. Aku… “
“Aisshh.. Anak ini. Memangnya sudah berapa lama kita
berteman sampai-sampai kau harus menyembunyikan semua ini? Kami sudah tau kok
kalau kau bertemu dengan Jiyong kemarin,” kata Minzy terang-terangan dan
disambut dengan jitakan dikepala oleh Chaerin
“Hah?”
Minzy dan Chaerin melirik kearah pintu dan aku pun mengikuti
arah pandang mereka dan kutemukan seorang namja yang menjadi teman sebangkuku
selama 8 bulan ini. Jiyong datang menghampiri kami bertiga dan menaruh tasnya
disamping mejaku, lalu pergi. Ya pergi. Dasar namja tidak bertangung jawab. Aku
melirik kedua sahabatku itu dan tampangku berubah ngeri saat aku memikirkan
bagaimana jadinya kalau mereka tau aku dan Jiyong…
“Chaerin-ah, lebih baik aku membicarakannya sekarang. Aku
ingin cepat-cepat keluar dari masalah ini.”
“Tidak ada yang perlu dibahas lagi. Aku tau kalau kau sudah mengetahui hubunganku dengan
Seungri. Dan aku tidak mau membahas itu lagi.”
“Hah? Kenapa kalian banyak taunya sih? Sepertinya hanya aku
disini yang tidak tahu apapun. Apa selain ini banyak rahasia lain yang tidak
aku ketahui? Kalian jahat. Aku sudah mencoba terbuka, tapi kenapa kalian….”
“Kenapa kita harus jujur pada orang yang tidak bisa jujur
dengan hatinya sendiri,” jawab Chaerin ketus.
Apa maksud kata-kata Chaerin barusan? Aku tidak jujur dengan
hatiku sendiri? Tepat setelah Chaerin mengatakan itu Jiyong duduk disebelahku.
“Kalian tidak balik kekelas? Bel sudah berbunyi,” kata
Jiyong setelah itu. Untung saja ia tidak membahas kata-kata Chaerin barusan.
“Baiklah. Kita kekelas dulu,” pamit Chaerin dan diikuti oleh
Minzy.
Setelah mereka pergi aku melirik kearah Jiyong. Masih sama
dengan Jiyong yang sebelumnya. Dia tidak kapok-kapoknya membawa headset padahal
sudah tak terhitung berapa banyak headsetnya yang disita oleh guru.
Aku menyenggol lengannya, “Jiyong-ah”
Dia masih tetap dalam keadaannya yang semula tanpa berubah
posisi sedikit pun.
“Saat perkelahian itu, kenapa aku tidak sadar ya kalau
Chaerin dan Seungri itu bekas mantan kekasih. Ahh.. Aku tahu. Pantas saja saat
berkelahi ia selalu melihat kearah Chaerin. Aku mengerti sekarang,” kataku
tanpa memperdulikan sahutan dari Jiyong.
“Kau tahu kan waktu itu kami kalah?” sahut Jiyong tiba-tiba.
Kupikir ia tidak mendengarkannya.
Aku mengangguk.
“Itu adalah permohonan Seungri. Seperkasa-perkasanya cewe
tidak akan mungkin mengalahkan tenaga cowok. Apalagi disana ada Seunghyun yang
teman-temannya preman semua. Jangankan dua cewek seperti temanmu itu, 10 cewek
juga bisa dia bikin koma.”
“Lalu kenapa kalian kalah? Kenapa kalian menuruti keinginan
Seungri?”
“Lalu kau ingin teman-temanmu koma?”
“ANI.. Bukan seperti itu. Aku hanya ingin tau alasan kenapa
kalian menuruti begitu saja permohonan Seungri. Itukan bisa menurunkan harga
diri kalian, dan itu juga akan menurunkan harga diri teman-temanku.”
“Seungri itu adalah orang yang tidak pernah memohon seperti
pengemis. Tapi saat itu saat dia melarang kami untuk berkelahi, aku memang
sangat marah. Tapi yang membuatku muak dia sampai berlutut segala untuk seorang
cewek. Terpaksalah kami tidak bisa bermain dengan kedua sahabatmu itu dengan
puas.”
“Kukira selama ini kau tidak pernah berani padaku saat ada
kedua sahabatku itu, kau takut dengan mereka. Ternyata…” kataku mencibir.
“Aku memang takut. Aku takut kalau macam-macam dengan
mereka, mereka tidak akan membiarkanku mendekatimu,” kata Jiyong tersenyum
nakal.
Aku memutar boal mataku. Taruhan denganku, pasti dia sudah
mengucapkan kata-kata seperti itu untuk ribuan cewek yang pernah dekat
dengannya.
Waktu pulang pun tiba. Aku bergegas membereskan barang-barangku
dan bergegas munuju perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kemarin tidak
sempat kukembalikan. Kulihat Jiyong masih tertidur di tempat duduknya. Haaaaah!
Sampai saat ini aku berpikir kenapa orang malas seperti ini bisa menjadi
sainganku? Saat didepan pintu Seungri menyapaku dan kulihat dibelakangnya pun
ada teman-teman Jiyong yang lain.
“Annyeong. Jiyong ada didalam kan?”
Aku tersenyum senang. Ternyata Seungri tidak menganggap
serius kejadian kemarin. Buktinya ia menyapaku dengan tersenyum.
“Iya. Dia masih tertidur di mejanya.”
Teman-teman Jiyong yang lain menyerobot masuk ke dalam
kelas. Tapi, Seungri masih berdiri di depanku seperti ada yang hendak
dibicarakan olehnya.
“Bagaimana kemarin? Seharusnya kau tidak boleh marah dulu.
Jiyong itu bukan tipe laki-laki yang suka menggagalkan janjinya,” kata Seungri.
“Mworagoo?” tanyaku seakan tidak mengerti apa yang sedang
dikatakan oleh namja didepannya itu.
“Kemarin kau tiba-tiba saja pergi sambil menangis. Ku kira
kau ada masalah denganku. Ternyata kata Jiyong kau ngambek karena Jiyong sudah
membatalkan kencan hari itu denganmu. Hahahah, lalu satu menit setelah kau
pergi, Chaerin datang kekelas mencarimu. Ya sudah aku memberitahu dia kalau kau
pergi bersama Jiyong.” kata Seungri menjelaskan.
Ahh Jiyong. Untuk saja dia mudah diajak kerja sama. Tapi,
kenapa alasan yang dipakai harus pergi kencan sih. Aku kan jadi terlihat
seperti orang yang ambekan. Dan ternyataaaa Chaerin tau aku bersama Jiyong
kemarin karena diberitahu Seungri. Ternyata mereka masih akrab satu sama lain.
“Ahh.. Aku sibuk. Aku tidak bisa ikut. Kalian aja deh,”
teriak Jiyong di tempatnya.
Aku dan Seungri sontak menoleh kearah Jiyong yang sedang
diganggu teman-temannya itu.
“Kalian ingin kemana?” tanyaku pada Seungri.
“Hanya menemani Seunghyun taruhan balapan. Wae? Ohh araseo.
Ya! Jangan ganggu Jiyong sepertinya dia sudah ada janji lain,” teriak Seungri
pada teman-temannya. Aku dan Jiyong bertampang bingung. Jiyong pun melirik ke
arahku. Apa-apaan Seungri itu, pasti Jiyong jadi menyangka yang tidak-tidak.
Lebih baik aku pergi dari sini saja.
Jiyong POV
Kulihat Hyori keluar dari perpustakaan. Aku segera
mengejarnya dan mengikutinya diam-diam dibelakangnya. Mungkin ia sadar sedang
diikuti dan menoleh kebelakang.
“Jiyong? Kau belum pulang? Sepertinya kudengar kau ada acara
tadi?” tanyanya bingung.
“Bukannya kau sendiri yang bilang pada Seungri kalau aku ada
janji denganmu,” sindirku menggoda.
“Aisshh.. Aku tidak bilang begitu. Seungri saja yang salah
paham. Lagipula kenapa kau bilang pada Seungri kalau kita mau kencan waktu
itu?”
“Memang aku harus bilang apalagi? Katakan padaku apa alasan
yang lebih tepat selain itu?”
“Sudahlah. Aku sedang tidak ada mood untuk memikirkan hal
yang tidak penting. Kenapa kau ada disini?” Tanya Hyori to the point.
“Aku ada kencan hari ini.”
Dia cemberut,”Yasudah pergilah. Jangan mengikutiku lagi!”
“Baik aku pergi,” aku berjalan dan langsung menggaet
tangannya.
“Kenapa kau menarik tanganku? Kau yang ingin pergi kencan
kenapa jadi…”
“Ssst! Aisshh.. Kau ini. Pantas saja aku selalu mengalahkan
prestasimu. Kemampuan berpikirmu saja sangat lamban,” potongku segera
menyuruhnya masuk ke dalam mobil.
Sungai Han sangat sepi sekali sekarang. Aku dan Hyori duduk
di salah satu bangku yang disediakan disana.
“Kenapa selalu mengajakku ke tempat seperti ini. Aku sudah
sangat bosan datang kesini apalagi denganmu,” katanya kesal.
“Kenapa harus bosan? Kita baru sekali kesini.”
“Tapi tidak untukku. Setiap weekend aku selalu kesini,”
gerutunya sambil memanyunkan bibirnya.
“Jangan gitu dong. Aku engga kenal tempat-tempat romantis di
Seoul selain sungai Han dan Namsan Tower.
Apalagi sekarang kencan pertama kita,
pliss jangan cemberut gitu,” kataku memohon.
“Mworagoo? Kencan? Kenapa tiba-tiba? Jadi yang kau bilang
tadi, kencan denganku?”
Aku menutup wajahku pusing, “Ya ya ya. Kita sedang kencan
sekarang.”
“Ini namanya pemaksaan. Aku kan belum mengatakan kalau aku
mau atau tidak diajak kencan denganmu.”
“Yasudah kalau tidak mau, tidak ada yang memaksamu untuk
pulang kok,” kataku merajuk.
“Aku tidak bilang kalau aku tidak mau. Ya sudah aku pulang,”
dia berdiri.
Haaahh. Yeoja ini memang selalu membuatku pusing akan jalan
pikirnya. Aku meraih tangannya mencegah Ia pergi.
“Kalau mau kenapa harus pulang? Kau tahu, baru kali ini
ajakan kencanku ditolak oleh seorang wanita. Oke, jika tidak ingin kesini,
tunjukkan padaku tempat yang lebih menyenangkan. Hari ini kau yang mengatur,”
jelasku sabar.
“Jinja?” tanyanya tersenyum puas. Akhirnya dia luluh juga.
“Ne..” jawabku pasrah. Aku pun mengajaknya kearah mobil
tanpa melepaskan tangannya. Kulihat wajahnya sangat risih saat aku melakukan
hal itu. Hihihi kyeopta!
Hyori’s
POV
Aku menaiki mobil Jiyong. Aku bilang aku ingin sekali makan
seafood sekarang, jadi aku mengajaknya ke daerah Haeundae. Perbatasan antara
Busan-Seoul yang memang tidak jauh dari sini. Hanya saja tangan Jiyong saat
kami menaikki mobil hingga sampai di tempat tujuan tidak pernah ia lepaskan.
Aku merasakan tanganku sudah berkeringat dari tadi. Kenapa aku harus gugup
seperti ini sih.
“Ji, lepaskan tanganmu dulu ya, aku ingin melepaskan
seatbeltnya nih.”
“Biar aku saja yang lepaskan seatbelt mu,” Jiyong pun
membukakan tali seatbelt yang mengitari pundak dan perutku. “Ayo kita turun,”
ajak Jiyong sambil membuka pintu kemudinya lalu menarikku keluar.
Aku mendengus dan menarik tangannya kembali. “Ya! Gimana aku
bisa keluar kalau tanganmu masih menggenggam tanganku seperti ini? Tidak
mungkin kan kita keluar bersama-sama, kecuali mobil ini bisa ditembus.”
Jiyong tertawa renyah sambil melepaskan jarinya dari telapak
tanganku, “Ahahaha. Aigo~ mianhae. Aku terlalu terbawa suasana. Yuk, keluar.”
“Haish. Pabo!,” gerutuku sambil memijati telapak tanganku
perlahan. Sedikit terasa pegal karena genggamannya yang agak kuat.
Belum sempat aku membuka pintu tiba-tiba Jiyong teriak dari
dekat pintu kemudi. “Ya! Jamkkan!! Jangan keluar dulu!!” dan dia langsung
berlari keluar menuju pintuku. Dia ini kenapa sih hari ini? Aneh banget.
Lalu dia membuka pintuku dengan gaya petugas-petugas parkir di hotel dan dia membungkukan badannya sambil
mengucapkan, “Silahkan keluar, Nona Han.”
Dia mengulurkan tangannya dan tersenyum. Astaga. Ini kan
bukan candle light dinner. Kenapa dia bersikap layaknya ada acara romantis
khusus. Aneh. Dan oh ya, lagi-lagi dia memintaku memegang tangannya. Ya Tuhan…
Apa dia tidak bosan dari tadi memegangi tanganku terus? Haish..
“Jiyong-ah! Tanganku berkeringat dan pegal-pegal karena
tanganmu menggenggam terus. Biarkan telapak tanganku beristirahat sebentar,”
kataku meyakinkan sambil keluar dari mobil.
Kupikir dia akan mengerti tapi tetap saja mengambil tanganku
sesaat setelah menutup pintu. “Biarin. Ini kan kencan kita,” lalu mengajakku
pergi dari tempat parkir itu. Aih, dasar namja egois. Lagi-lagi dia memakai
alasan berkencan.
Kami duduk di pasir putih pinggir pantai setelah cape
mencari kerang sambil melihat matahari terbenam. Hening. Kami berdua sibuk
dengan pikiran masing-masing.
“Jiyong!” panggilku memecah keheningan.
“Emmh?” dia menoleh.
“….Aniya!”
“Kau… Apa masih menyukai Seungri kah?” Tanya dengan wajah
yang sangat serius.
“Kenapa menanyakan itu?”
“Aku tidak akan memaksamu. Aku hanya bisa menunggu sampai
kau benar-benar melupakannya. Aku hanya
ingin kau tahu sesuatu, aku ingin merebut tempat khusus Seungri itu dari
hatimu.”
“Tidak tau kenapa… aku juga ingin merebut tempat khusus Kiko
itu dari hatimu” kataku sepelan mungkin.
“Mwo?”
“Ani! Wahhh.. Kerangnya sudah datang,” kataku mengalihkan
pembicaraan.
Kami pun makan kerang di pinggir pantai sampai matahari
benar-benar tenggelam. Sesudah puas dengan kerang, sekarang giliran ia yang
bilang ingin mengajakku ke daerah pusat perbelanjaan di Myeongdong. Tapi
berbelanja di Myeongdong hanya membuang-buang uang saja jika kita pergi kesana
karena barang-barang yang di tawarkan adalah barang-barang merk dunia. Jadi aku
menawarkan untuk pergi ke Itaewon. Bukan hanya harganya yang murah tapi
berbelanja disana sangat nyaman. Aku menyusuri pusat belanja ‘jalanan’
terpanjang di Seoul itu. Hingga akhirnya aku terhenti di salah satu toko yang menjual
accesories. Jiyong pun mengikutiku.
Kami berdua melihat-lihat barang yang ada di toko itu. Aku
melihat ke bagian hiasan rambut dan kulihat Jiyong berjalan ke daerah cincin
yang berliontin besar. Sedang apa ia disana?
Beberapa menit kemudian Jiyong menghampiriku yang sedang
memegang bandana berhias lollipop dari kain yang berwarna pink/kuning.
“Aku sudah dapat satu. Kau ingin membeli ini?” tanyanya
melihat kearah bendana yang kupegang.
Aku melihat barang apa yang sudah dia dapatkan. Ternyata ia
ingin membeli sebuah cincin berhias mawar merah besar.
“Kau ingin membeli ini?” aku balik bertanya.
“Ne.. wae?”
“Selera fashionmu sangat aneh ya. Aku ingin ambil ini. Nih
uang… Astaga dimana dompetku?” aku mencari-carinya di kantong almamaterku.
“Mungkin tertinggal ditasmu sedangkan tasmu kan ada
dimobilku. Ya sudah biar aku yang membelikannya.”
“Aniya. Aku tidak jadi beli saja. Tidak beli pun, aku masih
bisa hidupkan?”
“Iya, tapi kupastikan kau tidak akan bisa tidur semalaman.
Kau akan menyesal kalau barang ini sudah jadi milik orang lain. Sudah sini,”
kata Jiyong seraya mengambil bandana ditanganku dan pergi ke kasir.
Aku menunggunya di luar toko. Lama sekali sih dia. Saat aku
berbalik untuk menyusulnya tepat sekali aku menubruk dada seseorang. Aku pun
mendongakan kepala melihat orang yang kutubruk itu. Haaaahh.. ternyata Jiyong.
Dia memakaikan bandana yang dia beli kekepalaku.
“Kajja!” katanya menggaet tanganku.
Jiyong’s
POV
Hari ini sangat berbeda dengan kencan-kencanku sebelumnya.
Biasanya mereka (wanita yang kuajak kencan) akan mengajakku makan di restaurant
mahal. nonton film, berbelanja di myeongdong yang memang semua barang disana
bermerk. Tapi Hyori hanya mengajakku ketempat makan dipinggir pantai dan
berbelanja di sebuah tempat perbelanjaan yang aku tidak pernah sadari sangat
bagus dan murah walau kelihatannya tempatnya sederhana.
Sesampai didepan rumahnya, aku pun turun mengantar Hyori
sampai depan gerbang.
“Oh iya.. Uang bandana…”
“Andwae! Anggap saja aku membelikannya untukmu,” cegahku
saat ia mulai mencari dompetnya didalam tas.
“Gomawo! Annyeong.”
“Jakkaman, ada yang ingin aku bicarakan.”
“Mwoya?” tanyanya sambil menutup kembali gerbang yang sudah
sedikit ia buka.
“Besok adalah ulang tahun Seungri. Apa kau mau pergi
bersamaku ke pestanya?” sebenarnya aku ragu menanyakan ini. Tapi ya sudahlah.
“Naega? Kau bercanda? Apa kau sudah kehabisan stok wanita
untuk kau ajak pergi? Naega wae?”
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, “Karena… Karena..
Aku ingin kau membuktikan kalau kau benar-benar sudah melupakan Seungri,”
jawabku sekenanya.
“Bolehkah aku mengajak Chaerin dan Minzy?”
“Tentu saja. Tapi mereka tidak boleh mengganggu acaraku
denganmu. Kalau mereka ingin ikut, mereka harus mencari pasangan mereka
sendiri.”
“Cihh.. Sudah jelas-jelas itu acara Seungri. Aku akan ikut
jika teman-temanku ikut. Araseo?”
“Haaahh! Ara! Ya sudah annyeongi jumuseyo. Terima kasih
untuk hari ini. Tidur yang nyenyak!”
“Annyeong!” ia melambaikan tangannya saat aku memasuki
mobil. Dan bayangannya di kaca semakin lama semakin menghilang seiring laju
mobil yang kukendarai.
TBC-^^
0 komentar:
Posting Komentar