Sabtu, 30 Maret 2013

WONDERFUL {FANFICTION} [Part 3]


Posted by Nagano


Title            : Wonderful
Author        : Nagano
Length        : Continue, Series
Genre          : Romance
Rating         : PG 15
Main cast     Han Hyo Ri, Kwon Jiyong (BIGBANG)
Support cast          : Chaerin Lee (2ne1), Gong Minzy (2ne1), Seungri (BIGBANG)


Hyori’s POV

Hari ini Chaerin dan Minzy mendatangi kelasku dan menanyaiku layaknya seorang wartawan. Aku hanya bisa mendengarkan celotehan mereka dan mengangguk-anggukan kepalaku tanda mengerti. Apa yang mereka tanyakan itu sudah terpikirkan olehku. Yah.. Seperti pertanyaan yang eomma-mu tanyakan ketika kau sedang pulang malam.

“YA! Kami sudah menunggumu tapi kenapa kau kemarin pulang duluan? Yasudah, kami batalkan untuk kerumahmu. Kau kemarin kemana Hyori?”

Aku memeluk kedua sahabat yang sangat aku sayangi itu. Minzy menerima pelukanku dengan hangat. Tapi tidak dengan Chaerin. Ah.. Eommaku yang satu itu memang sensitive sekali. Hahaha.

“Mianhae,” kataku setelah melepaskan pelukanku.

“Hanya mianhae? Kau membatalkan janji kita, dan kau hanya bilang mianhae. Sudahlah Minzy kita pergi saja. 
Percuma kita perduli dengan orang yang sama sekali tidak perduli dengan kita,” sahut Chaerin dingin.

Aku menarik tangannya mencoba menahan mereka untuk pergi. Apakah aku harus menceritakannya sekarang? 
Dengan Chaerin? Ahhhhh… Eommaaaaa eoteokhae?

“Chaerin-ah.. Ada sesuatu yang terjadi kemarin. Aku tidak bisa menceritakannya sekarang.  Aku.. Aku… Hanya bisa minta maaf dulu sementara ini. Aku… “

“Aisshh.. Anak ini. Memangnya sudah berapa lama kita berteman sampai-sampai kau harus menyembunyikan semua ini? Kami sudah tau kok kalau kau bertemu dengan Jiyong kemarin,” kata Minzy terang-terangan dan disambut dengan jitakan dikepala oleh Chaerin

“Hah?”

Minzy dan Chaerin melirik kearah pintu dan aku pun mengikuti arah pandang mereka dan kutemukan seorang namja yang menjadi teman sebangkuku selama 8 bulan ini. Jiyong datang menghampiri kami bertiga dan menaruh tasnya disamping mejaku, lalu pergi. Ya pergi. Dasar namja tidak bertangung jawab. Aku melirik kedua sahabatku itu dan tampangku berubah ngeri saat aku memikirkan bagaimana jadinya kalau mereka tau aku dan Jiyong…

“Chaerin-ah, lebih baik aku membicarakannya sekarang. Aku ingin cepat-cepat keluar dari masalah ini.”

“Tidak ada yang perlu dibahas lagi. Aku tau  kalau kau sudah mengetahui hubunganku dengan Seungri. Dan aku tidak mau membahas itu lagi.”

“Hah? Kenapa kalian banyak taunya sih? Sepertinya hanya aku disini yang tidak tahu apapun. Apa selain ini banyak rahasia lain yang tidak aku ketahui? Kalian jahat. Aku sudah mencoba terbuka, tapi kenapa kalian….”

“Kenapa kita harus jujur pada orang yang tidak bisa jujur dengan hatinya sendiri,” jawab Chaerin ketus.

Apa maksud kata-kata Chaerin barusan? Aku tidak jujur dengan hatiku sendiri? Tepat setelah Chaerin mengatakan itu Jiyong duduk disebelahku.

“Kalian tidak balik kekelas? Bel sudah berbunyi,” kata Jiyong setelah itu. Untung saja ia tidak membahas kata-kata Chaerin barusan.

“Baiklah. Kita kekelas dulu,” pamit Chaerin dan diikuti oleh Minzy.

Setelah mereka pergi aku melirik kearah Jiyong. Masih sama dengan Jiyong yang sebelumnya. Dia tidak kapok-kapoknya membawa headset padahal sudah tak terhitung berapa banyak headsetnya yang disita oleh guru.

Aku menyenggol lengannya, “Jiyong-ah”

Dia masih tetap dalam keadaannya yang semula tanpa berubah posisi sedikit pun.

“Saat perkelahian itu, kenapa aku tidak sadar ya kalau Chaerin dan Seungri itu bekas mantan kekasih. Ahh.. Aku tahu. Pantas saja saat berkelahi ia selalu melihat kearah Chaerin. Aku mengerti sekarang,” kataku tanpa memperdulikan sahutan dari Jiyong.

“Kau tahu kan waktu itu kami kalah?” sahut Jiyong tiba-tiba. Kupikir ia tidak mendengarkannya.
Aku mengangguk.

“Itu adalah permohonan Seungri. Seperkasa-perkasanya cewe tidak akan mungkin mengalahkan tenaga cowok. Apalagi disana ada Seunghyun yang teman-temannya preman semua. Jangankan dua cewek seperti temanmu itu, 10 cewek juga bisa dia bikin koma.”

“Lalu kenapa kalian kalah? Kenapa kalian menuruti keinginan Seungri?”

“Lalu kau ingin teman-temanmu koma?”

“ANI.. Bukan seperti itu. Aku hanya ingin tau alasan kenapa kalian menuruti begitu saja permohonan Seungri. Itukan bisa menurunkan harga diri kalian, dan itu juga akan menurunkan harga diri teman-temanku.”

“Seungri itu adalah orang yang tidak pernah memohon seperti pengemis. Tapi saat itu saat dia melarang kami untuk berkelahi, aku memang sangat marah. Tapi yang membuatku muak dia sampai berlutut segala untuk seorang cewek. Terpaksalah kami tidak bisa bermain dengan kedua sahabatmu itu dengan puas.”

“Kukira selama ini kau tidak pernah berani padaku saat ada kedua sahabatku itu, kau takut dengan mereka. Ternyata…” kataku mencibir.

“Aku memang takut. Aku takut kalau macam-macam dengan mereka, mereka tidak akan membiarkanku mendekatimu,” kata Jiyong tersenyum nakal.

Aku memutar boal mataku. Taruhan denganku, pasti dia sudah mengucapkan kata-kata seperti itu untuk ribuan cewek yang pernah dekat dengannya.

Waktu pulang pun tiba. Aku bergegas membereskan barang-barangku dan bergegas munuju perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kemarin tidak sempat kukembalikan. Kulihat Jiyong masih tertidur di tempat duduknya. Haaaaah! Sampai saat ini aku berpikir kenapa orang malas seperti ini bisa menjadi sainganku? Saat didepan pintu Seungri menyapaku dan kulihat dibelakangnya pun ada teman-teman Jiyong yang lain.

“Annyeong. Jiyong ada didalam kan?”

Aku tersenyum senang. Ternyata Seungri tidak menganggap serius kejadian kemarin. Buktinya ia menyapaku dengan tersenyum.

“Iya. Dia masih tertidur di mejanya.”

Teman-teman Jiyong yang lain menyerobot masuk ke dalam kelas. Tapi, Seungri masih berdiri di depanku seperti ada yang hendak dibicarakan olehnya.

“Bagaimana kemarin? Seharusnya kau tidak boleh marah dulu. Jiyong itu bukan tipe laki-laki yang suka menggagalkan janjinya,” kata Seungri.

“Mworagoo?” tanyaku seakan tidak mengerti apa yang sedang dikatakan oleh namja didepannya itu.

“Kemarin kau tiba-tiba saja pergi sambil menangis. Ku kira kau ada masalah denganku. Ternyata kata Jiyong kau ngambek karena Jiyong sudah membatalkan kencan hari itu denganmu. Hahahah, lalu satu menit setelah kau pergi, Chaerin datang kekelas mencarimu. Ya sudah aku memberitahu dia kalau kau pergi bersama Jiyong.” kata Seungri menjelaskan.

Ahh Jiyong. Untuk saja dia mudah diajak kerja sama. Tapi, kenapa alasan yang dipakai harus pergi kencan sih. Aku kan jadi terlihat seperti orang yang ambekan. Dan ternyataaaa Chaerin tau aku bersama Jiyong kemarin karena diberitahu Seungri. Ternyata mereka masih akrab satu sama lain.

“Ahh.. Aku sibuk. Aku tidak bisa ikut. Kalian aja deh,” teriak Jiyong di tempatnya.

Aku dan Seungri sontak menoleh kearah Jiyong yang sedang diganggu teman-temannya itu.

“Kalian ingin kemana?” tanyaku pada Seungri.

“Hanya menemani Seunghyun taruhan balapan. Wae? Ohh araseo. Ya! Jangan ganggu Jiyong sepertinya dia sudah ada janji lain,” teriak Seungri pada teman-temannya. Aku dan Jiyong bertampang bingung. Jiyong pun melirik ke arahku. Apa-apaan Seungri itu, pasti Jiyong jadi menyangka yang tidak-tidak. Lebih baik aku pergi dari sini saja.


Jiyong POV

Kulihat Hyori keluar dari perpustakaan. Aku segera mengejarnya dan mengikutinya diam-diam dibelakangnya. Mungkin ia sadar sedang diikuti dan menoleh kebelakang.

“Jiyong? Kau belum pulang? Sepertinya kudengar kau ada acara tadi?” tanyanya bingung.

“Bukannya kau sendiri yang bilang pada Seungri kalau aku ada janji denganmu,” sindirku menggoda.

“Aisshh.. Aku tidak bilang begitu. Seungri saja yang salah paham. Lagipula kenapa kau bilang pada Seungri kalau kita mau kencan waktu itu?”

“Memang aku harus bilang apalagi? Katakan padaku apa alasan yang lebih tepat selain itu?”

“Sudahlah. Aku sedang tidak ada mood untuk memikirkan hal yang tidak penting. Kenapa kau ada disini?” Tanya Hyori to the point.

“Aku ada kencan hari ini.”

Dia cemberut,”Yasudah pergilah. Jangan mengikutiku lagi!”

“Baik aku pergi,” aku berjalan dan langsung menggaet tangannya.

“Kenapa kau menarik tanganku? Kau yang ingin pergi kencan kenapa jadi…”

“Ssst! Aisshh.. Kau ini. Pantas saja aku selalu mengalahkan prestasimu. Kemampuan berpikirmu saja sangat lamban,” potongku segera menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

Sungai Han sangat sepi sekali sekarang. Aku dan Hyori duduk di salah satu bangku yang disediakan disana.

“Kenapa selalu mengajakku ke tempat seperti ini. Aku sudah sangat bosan datang kesini apalagi denganmu,” katanya kesal.

“Kenapa harus bosan? Kita baru sekali kesini.”

“Tapi tidak untukku. Setiap weekend aku selalu kesini,” gerutunya sambil memanyunkan bibirnya.

“Jangan gitu dong. Aku engga kenal tempat-tempat romantis di Seoul selain sungai Han dan Namsan Tower. 
Apalagi sekarang kencan pertama kita, pliss jangan cemberut gitu,” kataku memohon.

“Mworagoo? Kencan? Kenapa tiba-tiba? Jadi yang kau bilang tadi, kencan denganku?”

Aku menutup wajahku pusing, “Ya ya ya. Kita sedang kencan sekarang.”

“Ini namanya pemaksaan. Aku kan belum mengatakan kalau aku mau atau tidak diajak kencan denganmu.”

“Yasudah kalau tidak mau, tidak ada yang memaksamu untuk pulang kok,” kataku merajuk.

“Aku tidak bilang kalau aku tidak mau. Ya sudah aku pulang,” dia berdiri.

Haaahh. Yeoja ini memang selalu membuatku pusing akan jalan pikirnya. Aku meraih tangannya mencegah Ia pergi.

“Kalau mau kenapa harus pulang? Kau tahu, baru kali ini ajakan kencanku ditolak oleh seorang wanita. Oke, jika tidak ingin kesini, tunjukkan padaku tempat yang lebih menyenangkan. Hari ini kau yang mengatur,” jelasku sabar.

“Jinja?” tanyanya tersenyum puas. Akhirnya dia luluh juga.

“Ne..” jawabku pasrah. Aku pun mengajaknya kearah mobil tanpa melepaskan tangannya. Kulihat wajahnya sangat risih saat aku melakukan hal itu. Hihihi kyeopta!


Hyori’s POV

Aku menaiki mobil Jiyong. Aku bilang aku ingin sekali makan seafood sekarang, jadi aku mengajaknya ke daerah Haeundae. Perbatasan antara Busan-Seoul yang memang tidak jauh dari sini. Hanya saja tangan Jiyong saat kami menaikki mobil hingga sampai di tempat tujuan tidak pernah ia lepaskan. Aku merasakan tanganku sudah berkeringat dari tadi. Kenapa aku harus gugup seperti ini sih.

“Ji, lepaskan tanganmu dulu ya, aku ingin melepaskan seatbeltnya nih.”

“Biar aku saja yang lepaskan seatbelt mu,” Jiyong pun membukakan tali seatbelt yang mengitari pundak dan perutku. “Ayo kita turun,” ajak Jiyong sambil membuka pintu kemudinya lalu menarikku keluar.

Aku mendengus dan menarik tangannya kembali. “Ya! Gimana aku bisa keluar kalau tanganmu masih menggenggam tanganku seperti ini? Tidak mungkin kan kita keluar bersama-sama, kecuali mobil ini bisa ditembus.”

Jiyong tertawa renyah sambil melepaskan jarinya dari telapak tanganku, “Ahahaha. Aigo~ mianhae. Aku terlalu terbawa suasana. Yuk, keluar.”

“Haish. Pabo!,” gerutuku sambil memijati telapak tanganku perlahan. Sedikit terasa pegal karena genggamannya yang agak kuat.

Belum sempat aku membuka pintu tiba-tiba Jiyong teriak dari dekat pintu kemudi. “Ya! Jamkkan!! Jangan keluar dulu!!” dan dia langsung berlari keluar menuju pintuku. Dia ini kenapa sih hari ini? Aneh banget.

Lalu dia membuka pintuku dengan gaya petugas-petugas parkir  di hotel dan dia membungkukan badannya sambil mengucapkan, “Silahkan keluar, Nona Han.”

Dia mengulurkan tangannya dan tersenyum. Astaga. Ini kan bukan candle light dinner. Kenapa dia bersikap layaknya ada acara romantis khusus. Aneh. Dan oh ya, lagi-lagi dia memintaku memegang tangannya. Ya Tuhan… Apa dia tidak bosan dari tadi memegangi tanganku terus? Haish..

“Jiyong-ah! Tanganku berkeringat dan pegal-pegal karena tanganmu menggenggam terus. Biarkan telapak tanganku beristirahat sebentar,” kataku meyakinkan sambil keluar dari mobil.

Kupikir dia akan mengerti tapi tetap saja mengambil tanganku sesaat setelah menutup pintu. “Biarin. Ini kan kencan kita,” lalu mengajakku pergi dari tempat parkir itu. Aih, dasar namja egois. Lagi-lagi dia memakai alasan berkencan.

Kami duduk di pasir putih pinggir pantai setelah cape mencari kerang sambil melihat matahari terbenam. Hening. Kami berdua sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Jiyong!” panggilku memecah keheningan.

“Emmh?” dia menoleh.

“….Aniya!”

“Kau… Apa masih menyukai Seungri kah?” Tanya dengan wajah yang sangat serius.

“Kenapa menanyakan itu?”

“Aku tidak akan memaksamu. Aku hanya bisa menunggu sampai kau benar-benar melupakannya.  Aku hanya ingin kau tahu sesuatu, aku ingin merebut tempat khusus Seungri itu dari hatimu.”

“Tidak tau kenapa… aku juga ingin merebut tempat khusus Kiko itu dari hatimu” kataku sepelan mungkin.

“Mwo?”

“Ani! Wahhh.. Kerangnya sudah datang,” kataku mengalihkan pembicaraan.

Kami pun makan kerang di pinggir pantai sampai matahari benar-benar tenggelam. Sesudah puas dengan kerang, sekarang giliran ia yang bilang ingin mengajakku ke daerah pusat perbelanjaan di Myeongdong. Tapi berbelanja di Myeongdong hanya membuang-buang uang saja jika kita pergi kesana karena barang-barang yang di tawarkan adalah barang-barang merk dunia. Jadi aku menawarkan untuk pergi ke Itaewon. Bukan hanya harganya yang murah tapi berbelanja disana sangat nyaman. Aku menyusuri pusat belanja ‘jalanan’ terpanjang di Seoul itu. Hingga akhirnya aku terhenti di salah satu toko yang menjual accesories. Jiyong pun mengikutiku.

Kami berdua melihat-lihat barang yang ada di toko itu. Aku melihat ke bagian hiasan rambut dan kulihat Jiyong berjalan ke daerah cincin yang berliontin besar. Sedang apa ia disana?

Beberapa menit kemudian Jiyong menghampiriku yang sedang memegang bandana berhias lollipop dari kain yang berwarna pink/kuning.

“Aku sudah dapat satu. Kau ingin membeli ini?” tanyanya melihat kearah bendana yang kupegang.

Aku melihat barang apa yang sudah dia dapatkan. Ternyata ia ingin membeli sebuah cincin berhias mawar merah besar.

“Kau ingin membeli ini?” aku balik bertanya.

“Ne.. wae?”

“Selera fashionmu sangat aneh ya. Aku ingin ambil ini. Nih uang… Astaga dimana dompetku?” aku mencari-carinya di kantong almamaterku.

“Mungkin tertinggal ditasmu sedangkan tasmu kan ada dimobilku. Ya sudah biar aku yang membelikannya.”

“Aniya. Aku tidak jadi beli saja. Tidak beli pun, aku masih bisa hidupkan?”

“Iya, tapi kupastikan kau tidak akan bisa tidur semalaman. Kau akan menyesal kalau barang ini sudah jadi milik orang lain. Sudah sini,” kata Jiyong seraya mengambil bandana ditanganku dan pergi ke kasir.


Aku menunggunya di luar toko. Lama sekali sih dia. Saat aku berbalik untuk menyusulnya tepat sekali aku menubruk dada seseorang. Aku pun mendongakan kepala melihat orang yang kutubruk itu. Haaaahh.. ternyata Jiyong. Dia memakaikan bandana yang dia beli kekepalaku.

“Kajja!” katanya menggaet tanganku.


Jiyong’s POV

Hari ini sangat berbeda dengan kencan-kencanku sebelumnya. Biasanya mereka (wanita yang kuajak kencan) akan mengajakku makan di restaurant mahal. nonton film, berbelanja di myeongdong yang memang semua barang disana bermerk. Tapi Hyori hanya mengajakku ketempat makan dipinggir pantai dan berbelanja di sebuah tempat perbelanjaan yang aku tidak pernah sadari sangat bagus dan murah walau kelihatannya tempatnya sederhana.

Sesampai didepan rumahnya, aku pun turun mengantar Hyori sampai depan gerbang.

“Oh iya.. Uang bandana…”

“Andwae! Anggap saja aku membelikannya untukmu,” cegahku saat ia mulai mencari dompetnya didalam tas.

“Gomawo! Annyeong.”

“Jakkaman, ada yang ingin aku bicarakan.”

“Mwoya?” tanyanya sambil menutup kembali gerbang yang sudah sedikit ia buka.

“Besok adalah ulang tahun Seungri. Apa kau mau pergi bersamaku ke pestanya?” sebenarnya aku ragu menanyakan ini. Tapi ya sudahlah.

“Naega? Kau bercanda? Apa kau sudah kehabisan stok wanita untuk kau ajak pergi? Naega wae?”

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, “Karena… Karena.. Aku ingin kau membuktikan kalau kau benar-benar sudah melupakan Seungri,” jawabku sekenanya.

“Bolehkah aku mengajak Chaerin dan Minzy?”

“Tentu saja. Tapi mereka tidak boleh mengganggu acaraku denganmu. Kalau mereka ingin ikut, mereka harus mencari pasangan mereka sendiri.”

“Cihh.. Sudah jelas-jelas itu acara Seungri. Aku akan ikut jika teman-temanku ikut. Araseo?”

“Haaahh! Ara! Ya sudah annyeongi jumuseyo. Terima kasih untuk hari ini. Tidur yang nyenyak!”

“Annyeong!” ia melambaikan tangannya saat aku memasuki mobil. Dan bayangannya di kaca semakin lama semakin menghilang seiring laju mobil yang kukendarai.



TBC-^^