Pagi hari di kota London begitu
menyejukkan hati, Apalagi ini awal musim semi. Hmm… harum bunga bermekaran,
rumput yang baru tumbuh dan burung yang bernyanyi dengan indahnya. Tapi sedetik
kemudian musim semi ini menjadi badai torpedo terdahsyat untukku ketika ayah
dan ibuku mengatakan keinginan mereka. Dua hari dari sekarang ayahku dan kami
sekeluarga akan pindah ke Seoul, Korea Selatan. Yah maklumlah aku adalah anak
tunggal dari keluarga Diplomat. Jadi, sudah menjadi nasibku untuk menjadi no
maden. Tetapi ini Seoul, kota yang bahkan tidak pernah terpikir olehku akan ku
singgahi. Kota asing yang bahkan tidak pernah ku lirik dalam globe di
sekolahku.
Disinilah aku, di dalam sebuah pesawat
menuju Bandara Internasional Seoul, Korea Selatan. Huh…. Dalam nafas beratku
aku berpikir, kenapa harus kota ini yang harus ayah pilih untuk dinas. Ya, aku
tau kalau sebenarnya aku telah membohongi diri sendiri untuk melupakan
identitasku. Aku sebenarnya berkewarganegaraan Korea Selatan karena ayahku
adalah asli Korea. Ayah kemudian mendapat dinas di London, Inggris dan menikahi
ibuku yang asli Inggris-Turki. Jadi bisa dibayangkan betapa ramainya paras
wajahku. Ciri khas wajah orang Korea, Inggris dan Arab bercampur semua di
wajahku. Ooops… aku lupa memperkenalkan diri.
Hai, namaku Park Khayra Mc.Queen. Anek
kan? Namaku diambil dari gabungan marga ayahku yang bernama Park Shin Woo dan
marga ibuku yang jadul yaitu Mc.Queen. jadi, jangan coba-coba memanggilku yang
aneh-aneh karena aku biasa dipanggil Khayra atau Key. Aku dilahirkan dan
dibesarkan di London dan pernah tinggal di rumah nenekku di Spanyol selama 3
tahun karena kesibukan orangtuaku. Jadi kurang lebih aku menguasai 3 bahasa
yaitu Inggris, Spanyol dan sedikit Arab. Tapi anehnya aku sama sekali tidak
menguasai bahasa Korea atau Hangeul walaupun ayahku sudah mengajarkanku dengan
serius. Aku pikir tidak penting aku bisa bahasa Korea, toh aku tidak akan
kesana dan ternyata pikiranku salah.
Ayah pindah dinas saat setelah aku lulus
dari SMAku tercinta di London, bayangkan betapa sedihnya aku. Dan ini membuatku
aneh, karena sepertinya ayahku sudah mempersiapkan kepindahan kami ke Seoul
dengan sangat baik. Seperti mempersiapkan kampus yang terbaik untukku, rumah
dinas yang bagus dan untuk menyoggokku, dia membelikanku sebuah mobil Sport
mini yang aku idam-idamkan, awesome. Aku adalah orang yang sangat cuek, bisa
dibilang jauh dari feminin. Walaupun teman-temanku berkata, aku cukup cantik
untuk rata-rata orang Asia. Mungkin karena aku berdarah campuran, tinggiku
sudah mencapai 168 cm dan beratku ideal. Kulit putih khas Asia tanpa bintik
hitam yang mengganggu, rambut hitam lebat yang terurai panjang sebahu dengan
poni depan dan untungnya aku tidak memiliki mata sipit seperti ayahku karena
aku bermata bulat coklat seperti ibuku. Dan aksen hidungku berbeda dari ibu dan
ayahku karena aku memiliki hidung arab milik nenekku yang asli Turki. Kalian
bisa bayangkan bukan betapa ramainya wajahku ini. Yupz… inilah aku. Perpaduan
dari barat dan timur yang akan memulai petualangan ditanah leluhur yang tidak
pernah ku kenal…Seoul.
“Lapor! 5 orang dari Deputy di Busan
tewas, mayat mereka berada di pinggir sungai Nakdong. Hasil pemeriksaan tidak memberikan
jejak si pelaku pembunuhan. Kalau terus seperti ini…….”
“Mereka sudah berani mengancam kita.
Kupikir sekarang giliran kita juga mengancam mereka.” Kata seseorang di balik
kursi tinggi hitam yang sering di duduki oleh Bos-bos perusahaan pada umumnya.
Tetapi yang ini lain, seorang pria muda yang seharusnya menikmati masa
kuliahnya di sebuah Fakultas Kedokteran Universitas of Seoul kini juga harus
memimpin sebuah Departemen Penyelidikan yang sebelumnya di ketuai oleh perwira
polisi berpangkat tinggi dan juga mantan dari anggota Federal Bureau of Investigation di Amerika Serikat
yang adalah ayahnya sendiri.